Indonesia Fashion News | Berita Seputar Fashion dan Fotografi

Jivaraga: Ciptakan Worklife Balance Era Digital untuk Kesejahteraan Mental di Lingkungan Kerja Generasi Z

Jivaraga: Ciptakan Worklife Balance Era Digital untuk Kesejahteraan Mental di  Lingkungan Kerja Generasi Z

Di masa depan, generasi zillenial akan menjadi generasi penerus yang akan mendominasi berbagai sektor industri di dunia kerja. Meski demikian, generasi kelahiran tahun 1995 hingga 2010 ini banyak mengalami masalah krisis mental atau kesehatan mental. Menurut Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2022, 15,5 juta (34,9%) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5%) remaja mengalami gangguan mental. Dari jumlah itu, baru 2,6% yang mengakses layanan konseling, baik emosi maupun perilaku.

Sedangkan data yang dihimpun oleh Jakpat (Jajak Pendapat) pada 2022 lalu menunjukkan bahwa gen Z memang menjadi generasi yang paling banyak merasa memiliki masalah kesehatan mental dibandingkan generasi X (1965–1980) dan generasi Milenial (1981–1996). Setidaknya terdapat 59,1% Gen Z yang merasa memiliki masalah kesehatan mental, sementara generasi milenial hanya sebanyak 39,8% dan Gen X 24,1%.

“Kondisi kesehatan mental yang tidak sehat tidak boleh dibiarkan dan perlu ditangani sejak dini. Jika dibiarkan, problema tersebut akan mempengaruhi kondisi seseorang sehingga mudah mengalami tekanan emosional dan psikologis yang signifikan,” jelas Cindy Gozali selaku Founder dan CEO Jivaraga, Communication and Mindfulness Specialist. Lebih lanjut, Cindy pun menjelaskan bahwa kondisi kesehatan mental yang tidak sehat tersebut

diakibatkan oleh stres, kepanikan, perubahan hidup, hingga masalah emosional yang sedikit banyak dipengaruhi oleh teknologi digital yang makin berkembang pesat. Generasi Z dan Teknologi Digital Banyak hal positif yang dapat kita tarik dari berbagai informasi di media sosial, namun jika tidak diseleksi dengan benar akan mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Kini, banyak orang yang tak bisa lepas dari media sosial, terutama generasi zillenial.

“Seringkali apa yang dilihat dari media sosial menjadi ‘standar’ untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Padahal, bisa jadi konten yang ditampilkan pada akun media sosial tersebut hanyalah konten yang menampilkan sisi positif atau keberhasilan dari sosok influencer saja. Konten yang berkaitan dengan kegagalan akan sangat jarang diunggah ke media sosial,” ujar Cindy. Teknologi digital yang tidak disaring secara bijak dapat menciptakan tekanan dan kekhawatiran tentang masa depan. Akibatnya timbullah stres hingga depresi karena tidak bisa mengikuti “standar” yang ditetapkan oleh orang lain atau komunitas terdekatnya, mulai dari gaya hidup yang sesuai, pendidikan, tingkat ekonomi keluarga, arti kebahagiaan, hingga keberhasilan seseorang di dunia kerja.

Meski demikian, Cindy menyatakan bahwa di antara Gen X dan Gen Y, generasi Z dikenal sebagai generasi yang paling terbuka dalam mengungkapkan isu-isu kesehatan mental mereka. Mereka lebih terbuka berbicara tentang perasaan, kecemasan, dan kebutuhan perawatan diri tanpa rasa malu. Keterbukaan ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya yang cenderung menyembunyikan masalah kesehatan mental mereka. “Dari setiap sosok yang datang dan berkonultasi, Gen Z sebenarnya lebih ‘lantang’ untuk berusaha mendapatkan work-life balance,” ujar Cindy. Lalu, bagaimana work-life balance yang benar-benar sehat dan perlu diperhatikan oleh setiap orang menurut Cindy Gozali di Jivaraga?

1. Tetapkan Prioritas.
Jangan FOMO semuanya mau dikerjakan, atau semua aktivitas mau diikuti. Identifikasi apa yang paling penting dalam hidup. Jangan hanya fokus pada pekerjaan; luangkan waktu untuk keluarga, teman, kesehatan fisik dan mental, serta hobi. Prioritaskan waktu untuk hal-hal ini.

2. Gunakan Teknologi dengan Bijak 
Teknologi memungkinkan kita untuk selalu terhubung, tetapi hal ini juga dapat mengganggu keseimbangan. Aturlah pemberitahuan pada perangkat personal, atur waktu untuk tidak mengecek email atau media sosial pada waktu-waktu tertentu.

3. Komunikasi dengan Atasan dan Rekan Kerja
Komunikasi yang tidak terbuka dapat menjadi kontribusi kesehatan mental. Terkadang, kita perlu berbicara dengan atasan atau rekan kerja jika pekerjaan terasa terlalu menumpuk, atau terdapat salah pengertian.

4. Pelajari Keterampilan Manajemen Waktu
Pelajari cara mengelola waktu dengan lebih efisien. Tetapkan tenggat waktu yang realistis.

5. Jaga Kesehatan Fisik dan Mental
Olah raga, makan dengan baik, tidur cukup, journaling, hingga meditasi. Jangan ragu untuk mencari support dan menerima bantuan dari orang lain terutama orang terdekat atau seorang profesional di bidangnya. 

“Di Jivaraga, kami memiliki Workplace Wellness sebagai solusi komprehensif untuk membantu mendapatkan worklife balance. Kami memahami bahwa mengatasi kesenjangan generasi dalam hal kesejahteraan mental adalah tantangan kompleks. Keahlian kami terletak dalam menciptakan lokakarya, sesi pelatihan, dan sumber daya yang disesuaikan dengan kebutuhan unik setiap pekerja, “ jelas Cindy lebih lanjut. 

Layanan Jivaraga mencakup kampanye kesadaran kesehatan mental, kegiatan kesehatan di tempat kerja, dan akses ke sumber daya kesehatan mental. Jivaraga yakin bahwa lingkungan kerja yang bahagia dibangun di atas dasar kesejahteraan mental yang kuat. Saatnya bersama-sama menciptakan worklife balance versi diri sendiri agar tercipta kehidupan yang lebih bahagia, sehat dan harmonis.

Lebih lanjut, temukan rumah yang aman di Jivaraga.com dan Jivaraga Space di Plaza Setiabudi, Jakarta Selatan: ketenangan, kebahagiaan, dan kesembuhan di jantung kota Jakarta, lengkap dengan dua aula, tiga ruang konsultasi, area lounge, dan tempat belanja.